PENGUKURAN
LUAS BIDANG DASAR
(Laporan
Biometrika Hutan)
Oleh :
Kelompok 3
Ichvan Sofyan 1114151033
Cindy Yoeland
Violita 1114151012
Endang
Setiyawati O 1114151027
Iga Yulia
Mustika 1114151034
Nugraha M Malau 1114151047
Renny Yulian 1114151051
Debri Rizky OBH 0914081020
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luas bidang dasar suatu pohon dapat
diukur dengan cara mengukur mengukur diameter pohon tersebut. Diameter suatu pohon
selalu diukur berdasarkan diameter pangkal. Pada pohon berdiri diameter yang
diukur adalah diameter kulit terluar yang diukur secara tetap dari dasar atau
alas pohon. Dalam praktek pengukuran dbh, ketinggian setinggi dada ternyata
terdapat perbedaan diantara beberapa Negara :
1. Negara
dengan pengukuran sistem metrik, dbh = 1,30 m dat diatas permukaan tanah.
2. USA
dan Kanada, dbh =4 ft 6 in = 1,37 m dat.
3. Japang,
dbh = 4ft 1,2 in= 1,25 m dat
Diameter
disimbolkan dengan d atau dbh yang digunakan pada setiap pengukuran (Verlag
dkk, 1997).
Basal
area (Bidang dasar) adalah penampang lintang dari suatu batang pohon, biasanya
diukur setinggi dada. Luas bidang dasar berasal dari diameter pohon, diaman
pengukurannya dapat menggunakan calipter, pita ukyr, dan alat ukur lainnya.
Kedua alat tersebut dapat menghitung ukuran pohon dengan mengasumsikan bahwa
bentuk dari penampang lintang batang adalah bulat.
Berikut
beberapa hal yang terkait dengan luas bidang dasar :
· Lazim
ditentukan dari pengukuran diameter/keliling batang langsung dengan alat ukur
LBD.
· Ditentukan
berdasarkan luas penampang lintang dengan ketinggian lbd 1,3m
· Sebagai
parameter untuk menghitung volume pohon
· Dapat
dipakai sebagai ukuran kerapatan pada pohon yaitu volume pohon berdiri
· Dapat
diukur sebagai ukuran dominasi jenis spesies pohon.
Jenis
alat ukur LBD yaitu pita ukur, calipter, garpu pohon, Biltmore stick dan
biterlich. Sedangkan untuk mengukur luas bidang dasar (LBD) dapat dirumuskan
sebagai berikut LBD =1/4 π d², Dimana D= Keliling/π.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1.
Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur LBD,
2.
Mahasiswa mengetahui diameter pohon yang
diukur,
3.
Mahasiswa mengetahui LBD pohon yang
diukur dengan alat yang digunakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dari luas bidang dasar pohon dapat ditaksir dua peubah pohon
yang penting untuk inventore hutan, yaitu kepadatan bidang dasar dan volume
pohon maupun tegakan. Bentuk penampakan lintang pohon yang tidak persis sama
dengan lingkaran tidak dikoreksi disini, melainkan dikoreksi dalam penaksiran
volume dengan memasukkan faktor bentuk (Departemen Kehutanan 1992).
Apabila digunakan diameter setinggi dada, maka yang dimaksud
dengan bidang dasar pohon adalah penampang melintang batang pada 1,3 meter dari
permukaan tanah. Karena umumnya bentuk pohon tidak persis bulat seperti
lingkaran, maka biasanya pengukuran diameter dilakukan dua kali dengan arah
pengukuran yang bersudut 90o. Dari dua kali
pengukuran tersebut kemudian dihitung harga rata-rata untuk memperoleh ukuran
diameter yang diinginkan (Departemen Kehutanan 1992).
Luas bidang dasar tegakan juga mempunyai arti penting
dalam inventore tegakan yang menggunakan sampling titik. Tetapi luas bidang
dasar dalam cara sampling ini tidak dihitung seperti peada perhitungan KBD,
melainkan ditaksir langsung dengan menggunakan tongkat Bitterlich atau
alat-alat turunannya sepert prisma baji, reloskop dan sebagainya. Perangkat
pendugaan volume pohon (berupa model atau rumus maupun tabel) adalah salah satu
perangkat penting dalam perencanaan pengelolahan hutan. Salah satu jenis data
yang diperlukan dalam perencanaan pengelolahan hutan ialah dengan potensi atau
masa tegakan. Pengumpulan data masa tegakan dilakukan melalui kegiatan
inventarisasi yang selalu melibatkan pendugaan volume pohon per pohon. Oleh
sebab itu, dalam setiap kegiatan pengelolahan hutan dituntut tersedianya
perangkat pendugaan volume pohon (Simon, 2007).
Dalam pengukuran luas bidang dasar pohon, diameter
setinggi dada pada pohon yaitu 1.3 meter atau dalam satuan internasional
setinggi 4.3 kaki (feet) di atas pangkal batang, dimana untuk pohon yang
berdiri pada lereng, titik pengukuran haris ditentukan pad bagian atas lereng.
Dalam tiap titik sampling luas bidang dasar diukur dengan alat pengukur
sederhana. Alat ini merupakan alat pengukur koreksi secara otomatis seperti
alat tongkat bitmore dan relaskop (Avery dan
Burkhart, 1983).
Dalam kegiatan pengukuran luas bidang dasar pohon dengan
menggunakan alat Bitterlich, maka terlebih dahulu ditentukan arah pengukuran
dengan menggunakan alat kompas yaitu alat arah dilakukannya penelitian pada
titik-titik tertentu sepanjang garis tersebut, didaftar namanya dan kemudian
diukur satu persatu secara berurutan. Akan tetapi pada pohon-pohon yang tampak
memiliki diameter yang kecil tidak akan dilakukan pengukuran. Kemudian melalui
hasil luas bidang dasar pohon tersebut dapat diukur/ditaksir dua parameter yang
penting untuk inventarisasi hutan yaitu kepadatan bidang dasar tegakan, bentuk
bidang dasar tegakan serta serta volume pohon maupun tegakan. Bentuk penampang
lintang pohon yang tidak persis sama dengan lingkaran tidak dikoreksi di sini
melainkan dikoreksi dengan penaksiran volume dengan memasukkan faktor bentuk
yang akan diterangkan kemudian (Avery dan
Burkhart, 1983).
Yang dimaksud dengan bidang dasar pohon adalah penampang
melintang pada batang pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah. Luas
bidang dasar tegakan juga mempunyai arti yang penting dalam suatu kegiatan
penginventarisasian tegakan hutan yang menggunakan metode sampling titik (point
sampling). Tetapi luas bidang dasar dalam cara sampling ini tidak sama seperti
cara perhitungan lainnya melainkan ditaksir langsung dengan menggunakan tongkat
Bitterlich atau alat-alat turunan seperti relaskop dan sebagainya (Husch,
1987).
III.
METODE
PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut.
·
Alat pengukur diameter pohon (Pita
meter, Garpu pohon dan biterlich),
·
alat tulis,
·
tally sheet untuk pengukuran data di lapangan
dan
·
kalkulator.
Sedangkan
bahan dalam praktikum ini adalah tegakan pohon di depan Laboratorium Bahasa,
Universitas Lampung.
B. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan
selama praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan
lokasi pengambilan data pengukuran diameter pohon sebanyak 10 pohon yang
berbeda jenis,
2. Mengukur
diameter pohon setinggi dada (dbh),
3. Memasukan
data dalam tally sheet dengan berbentuk diameter masing-masing pengukuran
dengan menggunakan pita meter, garpu pohon dan bitterlich,
4. Mengitung
LBD dan kelilingnya,
5. Membuat
denah lokasi,
6. Membuat
laporan sementara dan laporan hasil pengamatan praktikum.
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan
Berikut ini adalah tabel pengamatan
hasil pengukuran diameter dengan menggunakan pita meter di lapangan.
1.
Pengukuran
dengan menggunakan Pita Meter
NO
|
Jenis
Spesies Pohon
|
Keliling
(cm)
|
Diameter
(cm)
|
LBD
(m)
|
|
Nama
Lokal
|
Nama
Ilmiah
|
||||
1
|
Wereng
|
Gmelina
arborea
|
154
|
49,04
|
1887,86
|
2
|
Jati
|
Tectona
grandis
|
63
|
20,06
|
305,825
|
3
|
Sengon
|
Paraserianthes
falcataria
|
128
|
40,76
|
1304,18
|
4
|
Mahoni
|
Swetenia
mahagoni
|
74
|
23,57
|
436,1
|
5
|
Bayur
|
Pterospermum
javanicum
|
72
|
22,93
|
412,74
|
6
|
Biola cantik
|
Ficus
pandurata
|
91
|
28,98
|
659,27
|
7
|
Kupu-kupu
|
Bauhinia
purpurea
|
77
|
24,52
|
471,96
|
8
|
Cempaka
|
Michelia
champaca
|
81
|
25,80
|
522,53
|
9
|
Kerai payung
|
Filicium
decipiens
|
69
|
21,97
|
378,90
|
10
|
Mangga
|
Mangifera
indica
|
88
|
28,02
|
616,32
|
2.
Pengukuran
dengan menggunakan Garpu pohon
NO
|
Jenis
Spesies Pohon
|
Keliling
(cm)
|
Diameter
(cm)
|
LBD
(m)
|
|
Nama
Lokal
|
Nama
Ilmiah
|
||||
1
|
Wereng
|
Gmelina
arborea
|
106,76
|
34
|
1194,590
|
2
|
Jati
|
Tectona
grandis
|
99,66
|
19
|
254,469
|
3
|
Sengon
|
Paraserianthes
falcataria
|
109,90
|
35
|
1320,254
|
4
|
Mahoni
|
Swetenia
mahagoni
|
65,94
|
21
|
314,159
|
5
|
Bayur
|
Pterospermum
javanicum
|
69,08
|
22
|
330,132
|
6
|
Biola cantik
|
Ficus
pandurata
|
62,80
|
20
|
452,389
|
7
|
Kupu-kupu
|
Bauhinia
purpurea
|
72,22
|
23
|
415,475
|
8
|
Cempaka
|
Michelia
champaca
|
53,38
|
17
|
452,389
|
9
|
Kerai payung
|
Filicium
decipiens
|
81,64
|
26
|
490,874
|
10
|
Mangga
|
Mangifera
indica
|
78,50
|
25
|
452,389
|
3.
Pengukuran
dengan menggunakan Bitterlich
NO
|
Jenis
Spesies Pohon
|
Keliling
(cm)
|
Diameter
(cm)
|
LBD
(m)
|
|
Nama
Lokal
|
Nama
Ilmiah
|
||||
1
|
Wereng
|
Gmelina
arborea
|
163,28
|
52
|
2122,6
|
2
|
Jati
|
Tectona
grandis
|
84,78
|
27
|
572,3
|
3
|
Sengon
|
Paraserianthes
falcataria
|
182,12
|
58
|
2640,7
|
4
|
Mahoni
|
Swetenia
mahagoni
|
81,64
|
26
|
530,7
|
5
|
Bayur
|
Pterospermum
javanicum
|
72,22
|
23
|
415,3
|
6
|
Biola cantik
|
Ficus
pandurata
|
87,92
|
28
|
615,4
|
7
|
Kupu-kupu
|
Bauhinia
purpurea
|
81,64
|
26
|
530,7
|
8
|
Cempaka
|
Michelia
champaca
|
94,2
|
30
|
706,5
|
9
|
Kerai payung
|
Filicium
decipiens
|
87,92
|
28
|
615,4
|
10
|
Mangga
|
Mangifera
indica
|
87,92
|
28
|
615,4
|
B. Denah Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan di Depan
Laboratorium Bahasa, Universitas Lampung. Berikut ini adalah denah pengamatan
yang tealah dilakukan, sebagai berikut :
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Untuk
mendapatkan LBD suatu pohon, maka hal yang pertama dilakukan adalah mencari keliling
pohon dan kemudian dikonversikan menjadi diameter pohon. Alat yang digunakan
untuk mencari keliling/diameter pohon adalah pita meter, garpu pohon,
bitterlich. Penggunaan pita meter yaitu dengan cara melilitkan secara melingkar
kebatang pohon dengan posisi horizontal
(tegak lurus dengan sumbu batang) dan tanpa terpelintir. Penggunaan garpu pohon
yaitu dengan cara meletakan setiap unjung-ujung tongkat ke kiri dan kanan pada
ujung pohon yang diamati kemudian pada cabang garpu sebaelah kanan berisi nilai
LBD, sedangkan cabang garpu sebelah kiri berisi nilai diameter. Sedangkan
penggunaan alat ukur bitterlich yaitu dengan cara pengukuran dilakukan 10
langkah dari pohon, kemudian tembak titik pohon pada titik diamana titik
tersebut ketinggiannya setinggi dada atau 1,3 m, lalu bidik dan membaca LBD dan
diamternya.
2. Diameter
yang diukur adalah hasil dari konversi nilai keliling yang didapat dibagikan
dengan phi (22/7 atau 3,14) sehingga di rumuskan K/3,14.
4. Dalam
menghitung luas bidang dasar pada pohon, memiliki ketingggian yang berbeda-beda disesuaikan dengan
ketentuan di setiap negara, misalkan negara dengan pengukuran sistem metrik,
dbh = 1,30 m dat diatas permukaan tanah, USA dan Kanada, dbh =4 ft 6 in = 1,37
m dat, dan Japang, dbh = 4ft 1,2 in= 1,25 m dat. Untuk di Indonesia sendiri
menggunakan pengukuran sistem metric dbh = 1,30 m.
DAFTAR
PUSTAKA
Avery and Burkhart. 1983. Forest
Measurement. Mebrow hill. London
Dephutbun. 1998. Panduan Kehutanan Indonesia. Balai
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta
Husch,B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI Press. Jakarta
Simon,H. 2007. Pengenalan dan Pengukuran Karateritik Pohon. UGM Press.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar